Gugus
Pergi
Leaving group merupakan salah satu variable yang mempengaruhi
reaksi SN2, karena gugus pergi dipaksa keluar dengan suatu muatan
negative pada kebanyakan reaksi SN2, leaving group yang paling baik
yaitu yang dapat menstabilkan muatan negatif dalam keadaan transisi. Gugus yang
paling menstabilkan muatan negatif juga merupakan basa lemah. Basa lemah
termasuk Cl-, Br- dan ion tosylate adalah good leaving group. Sedangkan basa kuat
seperti OH- dan NH2- adalah poor leaving group.
Berikut merupakan tabel dari leaving group berdasarkan pKa
Alkil florida, alcohol, eter dan amina tidak mengalami reaksi SN2. Dalam reaksi SN2 dengan suatu alcohol, dibutuhkan pengubahan OH- menjadi leaving group yang lebih baik. Berikut merupakan reaksi ketika alcohol primer atau sekunder diubah menjadi alkil halide oleh reaksi dengan SOCl2 atau suatu alkil bromide oleh PBr3.
Dalam
suatu reaksi substitusi tergantung pada kehadiran suatu leaving group yang
sesuai dalam substrat. Telah diketahui bahwa basa lemah, basa konjugasi dari
asam kuat merupakan good leaving group.
Sebaliknya basa kuat, basa konjugasi dari asam lemah merupakan poor leaving group. Gugus pergi yang
lebih baik ditemukan dalam turunan asam karboksilat. Asil halide memiliki gugus
pergi yang baik dalam klorida, basa konjugasi dari HCl (pKa -7), reaksinya
sangat cepat dengan nukleofil dalam reaksi substitusi.
Saat leaving group kurang baik, reaktivitas dapat
ditingkatkan dengan membuat reaksi dalam
suasana asam. Dalam suasana asam, leaving group menjadi molekul netral
stabil. Reaksi dari asam karboksilat dengan nukleofil, mengharuskan hidroksida
hilang sebagai leaving group dan ini merupakan basa konjugasi dari larutan asam
lemah (pKa 15,7). Reaktivitas dapat ditingkatkan dengan protonasi, dengan melepaskan
molekul netral air (pKa asam konjugasi -1,7).
Asam, ester dan amida hanya tergolong reaktiv
sedang, leaving groupnya tidak dapat diklasifikasikan sebagai leaving group
yang baik, hingga terjadi protonasi menjadi asam konjugasi. Kemampuan leaving
group berhubungan dengan pKa dari asam konjugasi dari leaving group, sebagai
perkiraan pertama.
Gugus tetangga
Substituen dapat mempengaruhi reaktivitas. Ketika suatu substituent menstabilkan keadaan transisi atau intermediet dengan terbentuknya ikatan terhadap pusat reaksi, efek ini disebut neighboring group participation. Definisi lain yaitu Interaksi suatu pusat reaksi dengan pasangan elektron bebas dalam atom atau adanya elektron pada ikatan sigma atau ikatan phi.
Dalam reaksi SN2 dengan adanya gugus tetangga, gugus tetangga tidak hanya harus ada, tetapi harus cukup reaktif. Penyerangan oleh gugus tetangga lebih cepat dibandingkan penyerangan nukleofil dari luar. Jika tidak, maka akan terjadi reaksi SN2. Di samping itu, gugus tetangga harus aktif mengusir leaving group sebelum gugus ini meninggalkan agen alkilasi dengan sendirinya. Jika tidak, nukleofil dapat masuk melalui mekanisme SN1. Oleh karena itu, reaksi dengan adanya gugus tetangga akan lebih cepat dibandingkan reaksi tanpa partisipasi.
Pasangan elektron nukleofilic dari gugus tetangga bisa tidak berikatan (nonbonding) atau dapat membentuk ikatan π atau dalam kasus tertentu dalam ikatan σ. Dengan partisipasi nukleofilik, elektron dari gugus tetangga yang membentuk ikatan dengan pusat reaksi kemungkinan elektron tidak berikatan (n), elektron π atau elektron σ.
Mekanisme
partisipasi gugus tetangga (NGP)
Tahap
1 : Gugus tetangga berperan sebagai Z yaitu nukleofil dan mendorong gugus pergi
X namun tetap menempel pada molekul
Tahap 2 : Pada tahap kedua, nukleofil eksternal Y menggantikan gugus tetangga Z dari sisi belakang.
Dalam mekanisme Z berperan sebagai nukleofil
Z : pasangan elektron donor
Jika tidak ada nukleofil Z
Z = H
Z yang merupakan pasangan elektron donor membantu menghilangkan L yaitu leaving group. Sehingga kecepatan reaksi meningkat.
Sulfur yang mengandung diklorida “gas mustard”, liquid
dengan titik didih tinggi. Hidrolisis lebih cepat dengan pemberian HCl dan diol
dibandingkan sulfur bebas analog 1,5-dikloropentana. Alasan kecepatan hidrolisis
yang tinggi dari gas mustard adalah efek gugus tetangga. Itu karena
ketersediaan dari pasangan elektron bebas dalam orbital tidak berikatan pada
atom sulfur. Berikut mekanisme dengan adanya gugus tetangga.
Meningkatnya kecepatan reaksi saat gas mustard terhidrolisis karena sulfur bertindak sebagai gugus tetangga dan menggantikan gugus pergi, membentuk intermediet yang pada hidrolisis menghasilkan produk.
Permasalahan
1. Ketika gugus pergi (leaving group) kurang baik, bagaimana cara meningkatkan reaktivitasnya?
2. Bagaimana tahapan terjadinya partisipasi gugus tetangga (NGP)?
3. Bagaimana pengaruh nilai pKa terhadap kemampuan suatu gugus pergi (leaving group)?
Daftar Pustaka
Bruckner,
R. 2002. Advanced Organic Chemistry
Reaction Mechanisms. USA : Harcourt Academic Press.
Dewick,
P. M. 2006. Essentials of Organic
Chemistry for Student of Pharmacy, Medical Chemistry and Biological Chemistry. England
: John Wiley & Sons Ltd.
McMurry, J. 2012. Organic Chemistry Eighth Edition. Canada : Cengage Learning.
Rosenfeld,
S. 1998. Basic Skills for Organic
Chemistry. USA : Jones and Bartlett Publishers.