Persamaan Hammett merupakan suatu persamaan yang digunakan untuk menghitung pengaruh substituent terhadap reaktivitas molekul. Persamaan ini diusulkan oleh Hammett pada tahun 1937, dengan persamaan sebagai berikut
Dimana :
k = tetapan hidrolisis ester tersubstitusi meta atau para
ko = tetapan hidrolisis yang berkaitan dengan senyawa tak tersubstitusi
σ = tetapan substituent
ρ = tetapan reaksi
Reaksi polar terjadi karena interaksi nukleofil dan elektrofil. Substituen pemberi elektron meningkatkan kekuatan nukleofil (kebasaan) dan menurunkan kekuatan elektrofil (keasaman). Persamaan Hammett menggambarkan pengaruh substituent polar posisi meta atau para terhadap sisi reaksi turunan benzene, tidak pada posisi orto karena efek sterik. Tidak semua reaksi dapat memenuhi persamaan Hammett. Suatu alasan yang mendasari ketidakmampuan nilai Hammett σm dan σp untuk menghubungkan semua jenis reaksi adalah bahwa efek substituent biasanya memberikan σ yaitu suatu campuran dari resonansi dan komponen polar. Ketika interaksi resonansi langsung dengan sebuah sisi reaksi, maka tingkat resonansi meningkat dan konstanta substituent sesuai dengan campuran normal resonansi dan efek polar gagal (Carey dan Sundberg, 2007).
Efek substituent dapat dilihat pada gambar 3.26. Karena pengaruh substituent yaitu kombinasi dari resonansi dan efek polar, substituent individu dapat mendonokan kedua elektron dan merupakan komponen penarik elektron.
Contohnya gugus metoksi merupakan donor π tetapi akseptor σ. Efek resonansi umumnya dominan dalam sistem aromatic, secara keseluruhan pengaruh dari gugus metoksi adalah pelepasan elektron (dalam posisi orto dan para). Untuk gugus lain, seperti NO2 dan CN, resonansi dan efek polar menguatkan. Persamaan Hammett merupakan bebas komplikasi dari efek sterik karena hanya dapat diaplikasikan pada posisi meta dan para. Geometri dari cincin benzene memastikan bahwa gugus dalam posisi ini tidak berpengaruh secara sterik dengan sisi reaksi.
Persamaan Hammett dipatuhi oleh kebasaan dari pyridine tersubstitusi, jenis ini sangat berguna dalam penentuan nilai σ untuk gugus yang belum diperoleh nilainya dari sumber lain. Di samping itu, besarnya nilai ρ membuat konstanta substituent diperoleh dengan pasti. Kebasaan dari piridin tersubstitusi berhubungan dengan nilai σ dibandingkan nilai σ+. Berikut struktur resonansi untuk asam konjugasi dari 4-aminopiridine.
Muatan positif cukup terdelokalisasi ke atom amino-nitrogen yang kurang elektronegatif yang membutuhkan campur tangan dari konstanta σ+ (Katritzky, 1964).
Suatu reaksi yang melibatkan muatan positif dalam keadaan transisi akan dibantu oleh substituent pemberi elektron dan nilai ρ yang negative. Besarnya nilai ρ menunjukkan kepekaan pusat reaksi terhadap efek polar dari substituent dan memberikan informasi tentang sifat keadaan transisi yang terlibat dalam reaksi. Penempatan gugus metilen di antara pusat reaksi dengan cincin aromatic akan menurunkan nilai ρ karena efek polar diteruskan melalui ikatan yang bertambah.
Persamaan Hammett dapat digunakan untuk hubungan kuantitatif antara struktur – struktur senyawa dengan kesetimbangan atau kecepatan reaksi. Tetapan kecepatan reaksi solvolisis meta-substitusi fenildimetilkarbinil klorida memberikan grafik linier terhadap tetapan σ, tetapi para-substituen menyimpang dari linearitas (Firdaus, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Carey, F.A dam R.J. Sundberg. 2007. Advanced Organic Chemistry Part A : Structure and Mechanisms Fifth Edition. Virginia : Springer.
Firdaus. 2009. Kimia Organik Fisis I. Makassar : Universitas Hasanuddin.
Katritzky, A. R. 1964. Advances in Heterocyclic Chemistry. New York : Academic Press.
Pertanyaan :
1. Mengapa persamaan Hammett tidak berlaku untuk substituen orto?
2. Bagaimana efek resonansi dari substituen ?
3. Apa kegunaan dari persamaan Hammett?
2. Bagaimana efek resonansi dari substituen ?
3. Apa kegunaan dari persamaan Hammett?